Prof. Ganefri, Rektor UNP yang masih menjabat dengan banyak prestasi yang telah diukirnya. Kemudian Epiyardi Asda sang Bupati Kabupaten Solok yang terkenal dengan statement yang fenomena dalam menanggapi berbagai persoalan.
Bahkan di banyak tempat telah terpampang baliho besar dengan kalimat asing yang sudah di Minagkan “ Epiyardi Asda Otewe untuk Sumbar Satu.”
Ada nama berikut Fadly Amran, Sutan Riska Tuanku Karajaan dan tentu saja yang terkenal Andre Rosiade.
Menengok ke belakang sudah hampir 15 tahun Sumatera Barat dipimpin oleh kader partai politik berbasis Islam, sepertinya telah cukup menjadi pembanding bagi masyarakat yang berharap pemimpin Sumbar kedepan harus mampu melakukan perubahan untuk Sumbar lebih maju.
Ini, karena negeri Bundo Kanduang ini disebut-sebut jauh tetinggal laju pembangunannya bila dibandingkan provinsi lain. Lantas seperti apakah sosok pemimpim Sumbar ke depan yang diharapkan mampu memacu ketertinggalan pembangunan daerah ini di mata mereka ?
Setelah mencermati beberapa baliho tokoh Sumatera Barat yang sudah berdiri tegak di kabupaten/kota baik yang eksis di dunia Pendidikan maupun di bidang politik dan pemerintahan maupun dunia usaha maka Prof. Ganafri, Epiyardi Asda maupun Andre Rosiade serta nama yang lainnya adalah tokoh yang berpeluang untuk maju sebagai Gubernur Sumbar di samping patahana.
Jika yang menjadi indikator dari pemimpin Sumbar ke depan adalah “ perubahan” maka saya, memberikan pandangan yang diperlukan untuk Sumbar ke depan adalah sosok pemimpin yang berani melakukan terobosan dan berani mengambil risiko untuk keluar dari lingkaran status quo.
Bagi sosok pemimpin yang berpikir cari aman dan status quo, konsep perubahan adalah musuh utama bagi mereka. Sudah dipastikan untuk dapat melakukan lompatan-lompatan yang lebih besar dalam membangun Sumatera Barat ke depan agar setara dengan provinsi lain tentu yang lebih tepat adalah seseorang yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang daerah ini dengan segala keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki.
Seorang tokoh yang punya kemampuan untuk meyakinkan pemerintah pusat dan investor agar memberikan perhatian yang lebih besar terhadap Sumatera Barat.
Untuk mencari sosok yang tepat itu tentu tidak cukup dengan menggunakan standar idiologi politik saja, tetapi juga diperlukan standar atau ukuran yang sesuai dengan kepentingan masyarakat Sumbar untuk perubahan yang lebih cepat.
Berdasarkan standar idiologi partai, ya tentu Gubernur Incumbent lebih berpeluang maju karena sekaligus juga ketua partai politik yang diperlukan untuk mengusung calon gubernur.
Kemudian juga Ketua partai Gerindra Sumbar dan Ketua Partai Nasdem Sumbar juga termasuk yang diperhitungkan.
Namun, tidak tertutup kemungkinan partai lainnya juga berpeluang mengusung seorang tokoh yang membawa visi dan misi yang sangat sesuai dengan harapan masyarakat yang berharap tampilnya sesorang sosok calon gubernur yang dapat melakukan perubahan yang lebih cepat dalam laju pembangunan di Sumatera Barat.
Masyarakat berharap agar ke depannya tampil sosok pemimpin yang dapat menjadikan Sumatera Barat sebagai provinsi yang banyak melahirkan orang-orang cerdas yang berkiprah di pentas politik nasional maupun di dunia usaha dan birokrat.
Banyak tokoh dan pahlawan nasional era pergerakan kemerdekaan yang lahir di Ranah Minang karena “pena” dan berbeda dengan pahlawan nasional dari daerah lain “ Pengeran Diponegoro sebagai pahlawan dilahirkan karena pedang dan Teuku Umar juga pahlawan nasional dilahirkan karena pedang dan Hasanudin dari Makasar juga dilahirkan karena pedang’.
Berbeda dengan Muhammad Hatta, Agus Salim, St. Syahrir, Natsir adalah pahlawan yang lahir karena pena.
Artinya ke depan, jika partai politik sebagai kenderaan politik yang dapat mengusung calon gubernur maka sosok Prof. Ganefri termasuk tokoh yang tepat, apalagi melihat sepak terjangnya yang telah membawa Universitas Negeri Padang sebagai perguruan tinggi yang masuk ke dalam claster perguruan tinggi yang diperhitungkan di tingkat nasional. (al)
0 Komentar