Situs Terpecaya

Situs Terpecaya

Ticker

6/recent/ticker-posts

Sumbangsih Muhammadiyah dalam Mendorong Kemajuan Umat dan Bangsa


 Oleh: Nisa Al Iffah, Universitas Andalas, nisaaliffah28@gmail.com 

Sejarah Singkat Muhammadiyah 

Sejarah kelahiran Muhammadiyah mencatat peristiwa penting yang terjadi pada Bulan  Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau sekitar November (18 November 1912 M). Pada saat itu, sebuah gerakan Islam modernis besar lahir di Indonesia, yang menjadi pelopor dalam pemurnian  dan pembaruan ajaran Islam di negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Gerakan  ini didirikan oleh seorang ulama yang cerdas, berilmu, dan memiliki semangat reformasi, yaitu  Kyai Haji Ahmad Dahlan, atau lebih dikenal sebagai Muhammad Darwis, yang berasal dari kota  santri Kauman Yogyakarta. 

Nama "Muhammadiyah" secara etimologi berarti "pengikut Nabi Muhammad."  Penggunaan nama ini dimaksudkan untuk menghubungkan gerakan ini dengan ajaran dan  perjuangan Nabi Muhammad. Menurut H. Djarnawi Hadikusuma, penggunaan nama  "Muhammadiyah" memiliki makna bahwa pendukung organisasi ini adalah umat Islam yang  berpegang pada ajaran Nabi Muhammad SAW, yaitu Islam. Tujuan utamanya adalah memahami  dan mengimplementasikan ajaran Islam yang merupakan ajaran suci yang diterima dan  dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan harapan dapat menjalani kehidupan sesuai  dengan ajaran agama Islam. Dengan kata lain, Muhammadiyah bertujuan untuk menjadikan ajaran  Islam sebagai panduan dalam memajukan umat Islam dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. 

Kelahiran dan eksistensi awal Muhammadiyah tidak terlepas dari pemikiran dan  perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis), pendiri gerakan ini. Setelah  menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan kedua kalinya tinggal di sana pada tahun 1903, Kyai  Dahlan mulai menanamkan benih pembaruan di Indonesia. Gagasan ini muncul setelah Kyai  Dahlan belajar dari ulama-ulama Indonesia yang menetap di Mekkah, seperti Syeikh Ahmad  Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai  Fakih dari Maskumambang. Selain itu, ia juga mempelajari pemikiran para pembaru Islam seperti  Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan  Rasyid Ridha. Interaksi dengan mereka dan bacaan atas karya-karya pembaru Islam tersebut  memberikan Kyai Dahlan gagasan tentang pembaruan Islam. Jadi, setelah kembali dari Arab  Saudi, Kyai Dahlan membawa gagasan dan gerakan pembaruan, bukan menjadi konservatif. 

Proses kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan  gagasan-gagasan Kyai Dahlan bermula dari interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari  Boedi Oetomo yang tertarik dengan ajaran agama yang diajarkan Kyai Dahlan, seperti R.  Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan ini juga muncul dari salah seorang siswa Kyai Dahlan  di Kweekscholl Jetis, tempat Kyai mengajar agama sebagai ekstrakurikuler, yang sering datang ke  rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang digagas Kyai Dahlan tidak hanya  ditangani oleh Kyai sendiri, tetapi oleh sebuah organisasi agar kelangsungan pendidikan itu dapat  terjaga setelah Kyai wafat. Menurut catatan Adaby Darban, seorang ahli sejarah dari UGM yang  juga berasal dari Kauman, nama "Muhammadiyah" pertama kali diajukan oleh Muhammad  Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi  penghulu Kraton Yogyakarta. Kyai Dahlan kemudian mengambil keputusan untuk menggunakan 

nama "Muhammadiyah" setelah melakukan shalat istikharah, mengungkapkan bahwa pendirian  Muhammadiyah memiliki dimensi spiritual yang tinggi sesuai dengan tradisi kyai atau dunia  pesantren. 

Selain untuk mengaktualisasikan gagasan pembaruan Kyai Dahlan, pendirian  Muhammadiyah juga memiliki tujuan praktis dan organisatoris. Salah satu tujuannya adalah untuk  memberikan wadah dan perlindungan bagi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang  didirikan oleh Kyai Dahlan pada 1 Desember 1911. Sekolah ini merupakan kelanjutan dari  kegiatan "sekolah" informal yang dilakukan Kyai Dahlan di beranda rumahnya, tempat ia  memberikan pelajaran ilmu agama Islam dan pengetahuan umum. Sekolah Muhammadiyah tidak  diselenggarakan di surau seperti yang umumnya dilakukan oleh umat Islam pada saat itu, tetapi di  dalam gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis. Di sekolah  ini, Kyai Dahlan mengajarkan agama Islam dengan pendekatan baru dan juga memberikan  pengetahuan umum. 

Akhirnya, pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah di  Yogyakarta, organisasi bernama "MUHAMMADIYAH" didirikan. Organisasi ini mengajukan  permohonan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim "Statuten  Muhammadiyah" (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian  disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dokumen "Statuten  Muhammadiyah" yang pertama tersebut menetapkan tanggal resmi pendirian organisasi ini pada  tanggal 18 November 1912 Miladiyah tanpa mencantumkan tanggal Hijriyah. Artinya, organisasi  ini dimulai dengan tekad untuk memajukan agama dan umat Islam serta memperbarui cara hidup  umat Islam sesuai dengan ajaran Islam. 

Atau adanya faktor eksternal dan internal untuk latar belakang berdirinya Muhammadiyah 

1. Faktor internal  

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat Islam sendiri yang  tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan Islam. Sikap  beragama umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap  beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan  umat Islam, terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh  tertanam. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal  abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya  proses Islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses Islamisasi di  Indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih,  dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum Sufi memegang peranan yag sangat  penting. Melalui merekalah Islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh  nusantara ini. 

2. Faktor eksternal 

Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiyah adalah faktor  yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda.  Faktor tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah  Westernisasi dan Kristenisasi. Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial  untuk anak-anak bumi putra, ataupun yang diserahkan kepada misi dan zending Kristen  dengan bantuan finansial dari pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal  abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas,  yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga 

pendidikan kolonial 6 terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu  pendidikan Islam tradisional dan pendidikan kolonial. Kedua jenis pendidikan ini  dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari  kurikulumnya. Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam  sekolah-sekolah kolonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan kolonial  sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan  barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah kolonial tidak hanya  menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan  barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang  pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik penduduk  asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah  golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenek  moyang serta kurang menghargai Islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar,  karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler  tanpa mengimbanginya dengan pendidikan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap  umat yang demikianlah tampakya yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi  Islam diawal abad ke 20. 

Salah satu aspek yang menonjol dari kehadiran Muhammadiyah adalah bahwa gerakan Islam yang bersih dan progresif ini diperkenalkan melalui sistem organisasi, bukan hanya melalui  individu-individu. Pada waktu itu, menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan  suatu inovasi yang signifikan, terutama ketika umat Islam masih sangat dipengaruhi oleh tradisi  yang lebih menekankan pada kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren yang dipimpin  oleh kyai sebagai pemimpin informal yang dominan. Penggunaan organisasi sebagai sarana untuk  mewujudkan cita-cita Islam adalah suatu terobosan yang cerdas dan adaptif yang diadopsi oleh  Kyai Dahlan. 

Mengembangkan gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks pendirian  Muhammadiyah tidak hanya merupakan langkah teknis semata, tetapi juga didasarkan pada prinsip  umum yang telah ada dalam pemikiran ulama tentang prinsip bahwa segala sesuatu yang  diperlukan untuk mencapai suatu tujuan menjadi suatu kewajiban. Lebih lanjut, kelahiran  Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menggunakan sistem organisasi juga mendapatkan  dukungan teologis, yang tercermin dalam penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104 Al-Qur'an, yang  menginstruksikan keberadaan "sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada  yang baik, dan melarang dari yang buruk." Ayat Al-Qur'an ini kemudian dikenal sebagai "ayat"  Muhammadiyah. 

Muhammadiyah, terinspirasi oleh ayat Al-Qur'an Surat Ali Imran 104, memiliki tujuan  untuk mempresentasikan Islam bukan hanya sebagai ajaran yang bersifat "transendental" yang  hanya fokus pada keimanan dan tauhid. Mereka tidak hanya memandang Islam sebagai ajaran  murni yang tidak memperhatikan kehidupan dunia atau pemahaman yang parsial. Lebih dari itu,  Muhammadiyah mencitrakan Islam sebagai kekuatan yang dinamis dalam mengubah sosial dalam  dunia nyata, dengan gerakan yang mengedepankan nilai-nilai "humanisasi" (mendorong kepada  kebaikan) dan "emanisipasi" atau "pembebasan" (pembebasan dari segala bentuk kejahatan).  Dengan cara ini, Islam diwujudkan sebagai agama yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan  hal ini menjadi titik awal munculnya gerakan Reformisme atau Modernisme Islam yang baru di  Indonesia.

Jadi, Muhammadiyah merupakan sebuah Gerakan Islam yang bertujuan untuk  menyebarkan ajaran kebaikan (amar ma'ruf) dan melarang perbuatan yang mungkar (nahi munkar)  dengan niat dan tujuan untuk memperkuat serta menghormati Agama Islam, sehingga dapat  terbentuk masyarakat Islam yang sesungguhnya. Pandangan Muhammadiyah adalah bahwa  Agama Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk keyakinan, ibadah, perilaku, dan  urusan dunia yang merupakan satu kesatuan yang integral dan harus diamalkan dalam kehidupan  individu dan masyarakat. Dengan mengemban misi tersebut, Muhammadiyah dapat mewujudkan  dan menerapkan Agama Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta dalam kehidupan di  dunia ini. 

Visi Dan Misi Muhammadiyah 

Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as Sunnah dengan watak yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan  dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar 7 disegala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al- ’alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang  sebenar-benarnya yang diridhai Allah SWT dalam kehidupan di dunia ini.  

Misi Muhammadiyah adalah: 1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan  ajaran Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak nabi Nuh hingga nabi  Muhammad saw. 2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa  ajaran Islam untuk menjawab dan menjelaskan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat  duniawi. 3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai kitab Allah  swt yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya. 4) Mewujudkan amalan-amalan  Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. 

Ciri-Ciri Gerakan Muhammadiyah 

1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam  

Persyarikatan Muhammadiyah di bangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagai hasil kongkrit  pelajari dan pendalaman (tadabbur) pada Alqur’an Karim. Faktor tersebut yang  sebenarnaya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, tengah faktor faktor lain dapat dijelaskan untuk faktor penunjang atau faktor peransang semata. Dengan  ketelitiannya yang benar-benar cukup di tiap-tiap membahas ayat-ayat Alqur’an, terutama  waktu meneliti surat Ali Imran ayat 104, maka pada akhirnya dilahirkan amalan kongkrit,  yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian ini sudah 8 dikembangkan hingga  dari hasil kajian ayat-ayat itu oleh KHR Hadjid diberi nama “Ajaran KH Ahmad  Dahlandengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalamnya tergambar  secara jelas asal usul ruh jiwa nafas semangat Muhammadiyah dalam pengabdiannya  kepada Allah SWT.  

2. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam Amar ma’ruf Nahi Munkar Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah yang sangat dikenal adalah fokusnya pada  gerakan dakwah Islam. Ciri ini telah melekat dalam Muhammadiyah sejak awal berdirinya  dan tidak pernah terpisahkan dari identitasnya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, salah  satu faktor penting yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah pemahaman KHA  Dahlan terhadap ayat-ayat Alquran Alkarim, khususnya surat Ali Imran ayat 104. 

Berdasarkan ayat ini, Muhammadiyah menetapkan landasan dan strategi utama  perjuangannya, yaitu melalui dakwah Islam dengan menyeru dan mengajak masyarakat  untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Gerakan Muhammadiyah aktif  berpartisipasi dalam masyarakat Indonesia dengan mendirikan berbagai jenis lembaga  yang memiliki dampak positif yang nyata, seperti berbagai tingkat pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, pembangunan rumah sakit, panti asuhan, dan  sebagainya. Semua upaya ini bukanlah upaya yang terpisah dari misi dakwah Islam  Muhammadiyah, tetapi merupakan wujud nyata dari usaha mereka dalam menyebarkan  ajaran Islam. Seluruh inisiatif ini dilakukan dengan satu niatan dan tujuan tunggal, yaitu  untuk menjadikan mereka sebagai alat dan sarana dalam dakwah Islam. 

3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid 

Ciri ketiga yang melekat pada persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan tajdid  atau gerakan reformasi Muhammadiyah. Muhammadiyah dari awal mulanya meletakka  diri untuk satu diantara organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan agama Islam  sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran dan as-Sunnah, sekalian membersihkan  beragam amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari ajaran Islam baik berbentuk  khurafat, syirik ataupun bid’ah. Melalui geraaakan dakwah Muhammadiyah untuk satu  diantara mata rantai dari gerakan tajdid yang dimulai oleh ulama besar Ibnu Taimiyah telah  pasti ada kesamaan nafas yakni memerangi dengan cara keseluruhan beragam macam  penyimpangan ajaran Islam tersebut, sebab seluruh itu adalah benalu yang bisa  mengakibatkan kerusakan akidah serta beribadah seseorang. Muhammadiyah sebagai  Gerakan Tajdid memiliki makna yang dalam konteks sejarah dan perkembangan Islam di  Indonesia. Gerakan Tajdid mengacu pada upaya untuk melakukan pembaruan, pemurnian,  dan penyegaran dalam pemahaman dan praktik Islam agar tetap relevan dengan  perkembangan zaman. Dalam hal ini, Muhammadiyah mengemban peran penting sebagai  agen perubahan dalam menjalankan tugas tajdid ini. Muhammadiyah berupaya untuk  merenovasi pemahaman Islam dengan mengedepankan ajaran asli Nabi Muhammad SAW.  Melalui pendalaman ajaran Alquran dan hadis, Muhammadiyah menegaskan pentingnya  menjalankan agama dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keyakinan (aqidah),  ibadah, akhlak, hingga urusan dunia (mu'amalat). Dengan fokus pada dakwah Islamiyah,  Muhammadiyah menjadikan tajdid sebagai pangkal perjuangannya, mengajak masyarakat  untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam tindakan sehari-hari, mempromosikan  kebaikan, dan mencegah kemungkaran. Dengan demikian, Muhammadiyah bukan hanya  merupakan gerakan pembaruan dalam Islam, tetapi juga gerakan yang memperjuangkan  ajaran Islam sebagai pedoman yang relevan dan membawa manfaat bagi umat manusia  dalam era kontemporer. 

Kontribusi Muhammadiyah dalam Mendorong Kemajuan Umat dan Bangsa. 

Pada permulaannya, Muhammadiyah yang muncul dari pelukan zaman pada tahun 1912,  melahirkan gemintang reformasi dalam dunia Islam. Sebagai ladang semangat, ia berhasrat untuk  merangsang transmutasi yang memberkati masyarakat Islam di Nusantara. Dengan panji-panji  pendidikan yang tinggi, pengangkatan harkat kesejahteraan sosial, dan peneluran nilai-nilai Islam  yang merangkul seluruh jiwanya. Muhammadiyah telah memandang pendidikan sebagai sumber  daya teragung dalam menjangkau wawasannya. Menahun telah melintas, dan berbagai piranti  pendidikan tumbuh subur di tangan Muhammadiyah, mulai dari bunga bakat anak hingga kampus 

pengetahuan tinggi. Pendidikan cemerlang dan kerangka inklusif, seperti bidadari, berkibar dalam  lembah-lembahnya, memelihara mutu insan di pangkuan Indonesia. Dan organisasi  Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih yang signifikan pada budaya Indonesia. Data  menunjukkan bahwa Muhammadiyah telah mendirikan lebih dari 10.000 lembaga pendidikan di  seluruh Indonesia, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini menciptakan  lingkungan pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan etika dalam  budaya bangsa. Lebih dari 200 sekolah tinggi Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia  telah menghasilkan lulusan yang berkontribusi pada berbagai sektor, termasuk seni, sastra, ilmu  pengetahuan, dan teknologi. Selain itu, Muhammadiyah juga memainkan peran penting dalam  pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional melalui Kongres Bahasa Indonesia  Pertama pada tahun 1928. Ini membantu memperkuat identitas budaya Indonesia. Organisasi ini  juga telah mendukung seni dan kebudayaan lokal yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, serta  mempromosikan literatur dan karya seni Islam melalui berbagai publikasi. Muhammadiyah juga  memberikan perhatian khusus pada pemberdayaan perempuan dengan mendirikan sekolah sekolah perempuan dan organisasi-organisasi perempuan yang memperkuat peran perempuan  dalam budaya dan masyarakat. Dengan semua upaya ini, Muhammadiyah telah memberikan  kontribusi yang berarti pada perkembangan budaya Indonesia yang berkualitas, etis, dan  berlandaskan nilai-nilai Islam. 

Organisasi Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendukung  pendidikan tinggi di Indonesia melalui program-program beasiswa. Data menunjukkan bahwa  Muhammadiyah secara rutin memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang  berprestasi namun memiliki keterbatasan finansial. Program-program ini mencakup berbagai  tingkatan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Salah satu program  unggulan adalah beasiswa Pendidikan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang diberikan kepada  mahasiswa yang berkuliah di universitas-universitas Muhammadiyah di seluruh Indonesia.  Beasiswa ini mencakup berbagai jurusan, termasuk ilmu sosial, sains, teknik, dan kesehatan. Data  menunjukkan bahwa ribuan mahasiswa telah mendapatkan manfaat dari program beasiswa ini  setiap tahunnya. Selain beasiswa PTM, Muhammadiyah juga memberikan bantuan keuangan  melalui program-program lain, seperti beasiswa untuk anak yatim piatu, mahasiswa berprestasi,  dan mahasiswa yang menghadapi kesulitan finansial akibat bencana alam atau kondisi ekonomi  yang sulit. Dengan kontribusi ini, Muhammadiyah telah berperan penting dalam meningkatkan  akses pendidikan tinggi bagi banyak mahasiswa di Indonesia, terutama mereka yang berasal dari  latar belakang ekonomi yang kurang mampu. Program beasiswa ini tidak hanya membantu mereka  meraih impian pendidikan mereka, tetapi juga membantu menciptakan generasi muda yang lebih  terdidik, berpotensi, dan siap bersaing di tingkat global. Melalui investasi dalam pendidikan,  Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan sumber daya  manusia Indonesia. 

Selain pendidikan, Muhammadiyah juga aktif dalam pelayanan kesehatan. Organisasi ini  mengoperasikan rumah sakit, klinik, dan pusat kesehatan yang menyediakan akses perawatan  kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat. Serta Rumah Sakit yang tumbuh dalam pangkuan  Muhammadiyah menjelma menjadi mercusuar cinta dan dedikasi dalam melawan badai gelap yang  dikenal sebagai COVID-19. Mereka adalah penyemangat bagi jiwa yang terpukul oleh krisis,  sebuah tempat perlindungan bagi yang tak berdaya, dan purnama bagi insan-insan yang terus  berjuang. Dengan hati yang tulus, para pahlawan putih di rumah sakit ini menari dengan virus yang 

tak terlihat, menyanyikan lagu kesembuhan melalui setiap tindakan, dan menggenggam tangan  pasien dengan penuh kasih sayang. Dalam peran suci mereka, rumah sakit Muhammadiyah tidak  hanya menyediakan perawatan medis, tetapi juga menjadi penjaga nilai-nilai kemanusiaan.  Mereka adalah cahaya harapan di tengah kegelapan, mengingatkan kita bahwa di saat kesulitan,  cinta dan pengabdian adalah obat terkuat yang bisa kita miliki. 

Muhammadiyah juga telah berperan dalam mendukung pengembangan ekonomi dan  kewirausahaan di Indonesia. Muhammadiyah, dengan sayap-sayapnya yang membentang lebar di  bumi Nusantara, adalah penari yang menghadirkan harmoni dalam simfoni ekonomi dan  kewirausahaan di Indonesia. Mereka adalah pelayan bagi visi pembangunan yang melibatkan  seluruh jiwa dan raga, dengan menitikberatkan pada pemberdayaan ekonomi dari akar rumput.  Dalam gemblengan Muhammadiyah, wirausaha-wirausaha muda tumbuh dan berkembang,  dipupuk dengan ilmu dan nilai-nilai keislaman yang moderat. Muhammadiyah menjadi tempat  singgah bagi inovasi dan pelatihan, menciptakan perubahan dalam ranah ekonomi yang merangkul  segenap lapisan masyarakat. Mereka adalah pelita cahaya dalam perjalanan kewirausahaan  Indonesia, memancarkan sinar terang yang menerangi jalan menuju kemajuan yang berkelanjutan.  Dengan kearifan dan semangatnya, Muhammadiyah membantu menjalin jaringan ekonomi yang  kokoh, menjadikan negeri ini sebagai medan subur bagi perjuangan dan pencapaian. Organisasi  Muhammadiyah memiliki sumbangsih yang signifikan dalam kontribusi terhadap Usaha Mikro,  Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Salah satu peran penting Muhammadiyah dalam  mendukung sektor UMKM adalah melalui lembaga keuangan mikro, seperti BMT (Baitul Maal  wat Tamwil) yang mereka dirikan. Data menunjukkan bahwa BMT Muhammadiyah tersebar di  berbagai daerah di Indonesia dan telah memberikan akses pembiayaan kepada ribuan pelaku  UMKM. Melalui layanan ini, mereka memberikan modal dan dukungan keuangan kepada para  pengusaha kecil dan menengah, membantu mereka mengembangkan usaha mereka, menciptakan  lapangan kerja, dan meningkatkan perekonomian lokal. 

Serta Muhammadiyah juga memiliki berbagai program pelatihan dan pendampingan bagi  pelaku UMKM. Data menunjukkan bahwa banyak anggota Muhammadiyah yang berpengalaman  dalam berbagai bidang usaha, dan mereka membagikan pengetahuan dan keterampilan mereka  kepada pelaku UMKM melalui berbagai pelatihan dan workshop. Ini membantu para pelaku  UMKM meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka, serta memahami strategi bisnis yang  lebih efektif. Dan Muhammadiyah juga terlibat dalam promosi produk UMKM melalui berbagai  cara, seperti pameran, pasar tradisional, dan platform online. Dengan demikian, Muhammadiyah  membantu UMKM memasarkan produk mereka dan meningkatkan visibilitas mereka di pasar  yang lebih luas. Dengan sumbangsih dalam bentuk pembiayaan, pelatihan, pendampingan, dan  promosi, Muhammadiyah telah memainkan peran yang penting dalam mendukung pertumbuhan  dan perkembangan UMKM di Indonesia. Dalam konteks ekonomi nasional, hal ini memiliki  dampak positif yang signifikan, termasuk peningkatan tingkat pengangguran dan kesejahteraan  ekonomi masyarakat. 

Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, Muhammadiyah sebagaimana mentari yang  bersinar di langit senja, memiliki peran magis dalam pemberdayaan masyarakat Indonesia. Mereka  adalah pionir yang membangunkan semangat kemandirian, mengajarkan keberanian kepada rakyat  untuk melangkah maju dalam memahat nasibnya sendiri. Muhammadiyah adalah pendorong yang  mengilhami perubahan sosial, memberikan pendidikan berkualitas tinggi yang bukan hanya 

menanamkan ilmu, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan yang mendorong kesetaraan dan inklusi.  Mereka adalah piala air segar di padang gurun ketidakpastian, membantu masyarakat melalui  berbagai program pengembangan ekonomi, kesehatan, dan sosial. Dalam pelukan  Muhammadiyah, masyarakat Indonesia tumbuh menjadi pohon-pohon kuat yang berakar dalam  kepercayaan pada potensi diri sendiri, menggapai langit dengan daun-daun harapan yang subur,  dan membawa bunga-bunga kemajuan bagi bangsa ini. 

Sedangkan kontribusi Muhammadiyah bagi kemajuan negara, seperti kemajuan historis,  tidak dipungkiri bahwa kelahiran negara Indonesia pada tahun 1945 adalah dibidani oleh beberapa  kaderisasi sukses yang melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang dihasilkan, salah satunya adalah  ormas Islam tertua di Indonesia yaitu Muhammadiyah (1912) yang didirikan oleh Ahmad Dahlan  di Yogyakarta. Berdirinya Muhamma-diyah pada tanggal 18 November 1912, yang jauh-jauh hari  sebelum Republik Indonesia, telah begitu membantu dan menolong masyarakat dan bangsa  Indonesia. Setelah kemerdekaan RI, Muhammadiyah membantu dan menolong negara, bangsa,  dan masyarakat Indonesia. Muhammadiyah telah membantu agar rakyat Indonesia semakin  terdidik (well-educated) dan beradab (civilized) dengan konsep pendidikan formal yang modern  (sekolah). Seorang mantan Wakil Presiden, Dr. Boediono mengakui hal itu dan menjelaskan  bahwa dia adalah hasil didikan para guru Muhammadiyah di Blitar dan bersekolah di SD  Muhammadiyah. Mengapa Menteri Agama RI adalah tokoh yang berasal dari Muhammadiyah  yaitu Dr. HM. Rasjidi. Alasannya adalah karena Muhammadiyah telah melakukan pembaruan di  bidang pemikiran dan pendidikan agama (Suara Muhammadiyah Edisi XXII Tahun Ke-99, 16-30  November 2014). Dalam konteks filosofis gerakan Muhammadiyah juga memiliki klaim sebagai  sebuah gerakan berkemajuan (progressive movement). 

Secara hakikat Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan (movement) memiliki makna  bahwa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang dinamis, maju, visioner dan praksis.  Sebagai gerakan Islam yang menjadikan dakwah dan tajdid sebagai peran dan fungsi utamanya,  Muhammadiyah sejak awal berdirinya merupakan gerakan Islam yang berkemajuan. Jadi, ideologi  Muhammadiyah itu adalah ideologi gerakan yang berkemajuan. Memasuki abad kedua dari  pendiriannya, Muhammadiyah tidak hanya perlu merevitalisasi konsep "Islam berkemajuan"  (Islam progresif) dalam formulasi dan aktualisa-sinya yang lebih mapan dan holistik, melainkan  juga perlu mentrans-formasikannya ke dalam kehidupan "Indonesia berkemajuan". 

Menurut Djohantini (2014), secara tersurat dalam “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah  Abad Kedua” secara tegas Muhammadiyah pada usianya yang memasuki abad kedua berkomitmen  untuk melakukan gerakan pencerahan (enlightenment) atau tanwir dalam istilah agama.  Pencerahan dimaksud merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan,  memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan  jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan  persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural. Masalah utamanya kemudian adalah  bagaimana Islam berkemajuan itu dapat ditransformasikan dan diaktualisasikan ke dalam  "Indonesia Berkemajuan” sehingga kontribusi Muhammadiyah benar-benar mampu memajukan  konteks ke-Indonesiaan.

Selanjutnya kemajuan Muhammadiyah dalam kontribusi global, Menurut Mitsuo  Nakamura (Professor Emeritus Antroplogi dari Chiba University-Jepang) yang juga merupakan  seorang peneliti senior tentang Muhammadiyah, dia mengatakan bahwa Muhammadiyah  merupakan organisasi sosial dan pendidikan Islam terbaik dan terbesar di dunia, hal ini  berdasarkan fakta kekuatan kelembagaan dan jaringannya yang makin luas. Dalam konteks  program PBB terkait Millenium Development Goals (MDGs), Muhammadiyah juga telah pro-aktif  dalam berbagai agenda programnnya. Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB  mengenai sebuah paket arah pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu  menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong  kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,  meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDs, malaria dan penyakit menular lainnya,  memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan membangun kemitraan global untuk Pembangunan.  Penulis menyebutkan sebagian contoh peran Muhammadiyah dengan PBB di antaranya kerjasama  Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dengan badan PBB Office For The  Coordinator of Humanitarian Affairs (OCHA), agenda The 5th World Peace Forum yang  dilaksanakan Muhammadiyah dan Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC). Organisasi Muhammadiyah tidak hanya memberikan sumbangsih yang penting pada  budaya lokal Indonesia, tetapi juga telah berkontribusi secara global melalui berbagai kegiatan dan  inisiatifnya. Data menunjukkan bahwa Muhammadiyah telah aktif terlibat dalam bantuan  kemanusiaan internasional dan program-program pembangunan di berbagai negara yang  membutuhkan, termasuk di antaranya bantuan dalam penanganan bencana alam, pengembangan  pendidikan, kesehatan, dan pemulihan ekonomi. Selain itu, Muhammadiyah juga terlibat dalam  dialog antaragama dan perdamaian global. Organisasi ini telah menjadi salah satu pihak yang  mempromosikan kerukunan antarumat beragama di Indonesia dan di luar negeri, menjembatani  pemahaman antara Islam dan agama-agama lain, serta berpartisipasi dalam forum-forum  internasional untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi. Data juga menunjukkan bahwa  Muhammadiyah telah menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi internasional dalam  berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan bantuan kemanusiaan. Ini mencerminkan  peran Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang terbuka terhadap kerjasama internasional  untuk mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan yang lebih luas. Dengan demikian, Muhammadiyah  telah memberikan kontribusi yang berarti pada tingkat global, baik melalui bantuan kemanusiaan,  promosi perdamaian, maupun kerjasama internasional dalam berbagai sektor. Ini menunjukkan  peran positif organisasi Muhammadiyah dalam memperkuat hubungan Indonesia dengan  komunitas internasional serta dalam menjalankan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian secara  global. 

Selanjutnya Muhammadiyah juga menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia  yang memiliki sejarah panjang dalam memberikan sumbangsihnya pada kontribusi politik di  negara ini. Dalam konteks politik, Muhammadiyah telah memainkan peran yang signifikan dalam  beberapa cara. Pertama, Muhammadiyah telah berkontribusi dalam pembentukan wawasan  kebangsaan dan identitas nasional Indonesia. Sejak awal berdirinya pada tahun 1912,  Muhammadiyah telah mengajarkan nilai-nilai kebangsaan kepada para anggotanya. Organisasi ini  mendorong kesadaran nasionalisme dan pemahaman bahwa Islam bisa bersinergi dengan ideologi  Indonesia sebagai negara berdasarkan Pancasila. Kedua, Muhammadiyah juga memiliki peran  dalam pendidikan dan pemikiran politik. Dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan seperti  sekolah dan perguruan tinggi, Muhammadiyah telah mencetak banyak pemimpin dan intelektual 

yang berperan dalam dunia politik Indonesia. Mereka juga telah menghasilkan pemikiran pemikiran politik yang mendukung pluralisme, toleransi, dan demokrasi sebagai nilai-nilai dasar  dalam tatanan politik Indonesia. Ketiga, Muhammadiyah memiliki sejumlah anggota yang terlibat  secara aktif dalam politik. Beberapa tokoh Muhammadiyah telah menduduki posisi politik penting,  seperti anggota parlemen, menteri, dan bahkan presiden. Partisipasi politik ini telah memberikan  kontribusi signifikan dalam pembentukan kebijakan dan perubahan politik di Indonesia. Dengan  demikian, Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih yang berharga dalam kontribusi politik  di Indonesia dengan memainkan peran dalam pembentukan identitas nasional, pendidikan,  pemikiran politik, dan partisipasi langsung dalam dunia politik. Organisasi ini telah menjadi salah  satu aspek penting dalam lanskap politik Indonesia yang beragam dan pluralistik. 

Selanjutnya organisasi Muhammadiyah juga memiliki peran yang penting dalam  memberikan kontribusi terhadap anak-anak disabilitas di Indonesia. Muhammadiyah telah  mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan pelayanan khusus bagi anak-anak disabilitas, seperti  sekolah inklusi dan pusat rehabilitasi. Data menunjukkan bahwa melalui inisiatif-inisiatif ini,  Muhammadiyah telah memberikan akses pendidikan dan perawatan medis yang lebih baik kepada  ribuan anak disabilitas, membantu mereka mengembangkan potensi mereka, dan meningkatkan  kualitas hidup mereka. Selain itu, Muhammadiyah juga terlibat dalam program pelatihan dan  pendampingan bagi orangtua dan keluarga anak-anak disabilitas. Data menunjukkan bahwa  mereka memberikan dukungan psikososial dan informasi yang diperlukan untuk membantu  keluarga dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dalam merawat anak-anak disabilitas mereka. Dalam hal kesadaran masyarakat tentang hak dan perlindungan anak-anak disabilitas,  Muhammadiyah juga telah berperan dalam mengedukasi masyarakat. Mereka telah mengadakan  kampanye kesadaran dan pelatihan tentang inklusi, diskriminasi, dan hak-hak anak-anak  disabilitas, sehingga membantu mengubah stigma sosial dan meningkatkan penghargaan terhadap  keberagaman. Melalui upaya-upaya ini, Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih yang  berarti dalam meningkatkan kualitas hidup dan inklusi anak-anak disabilitas di Indonesia. Dalam  hal ini, mereka telah membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan peduli terhadap  anak-anak dengan berbagai tantangan fisik dan intelektual. 

Muhammadiyah, dengan sejarah panjangnya dan komitmennya terhadap prinsip-prinsip  keadilan, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat, terus memberikan sumbangsih  yang sangat berarti dalam mendorong kemajuan umat dan bangsa. Dalam tantangan-tantangan  masa kini dan masa depan, peran Muhammadiyah tetap menjadi aset berharga dalam memajukan 

Indonesia dan memberikan dampak positif pada masyarakatnya 

Saran Dari Penulis Untuk Muhammadiyah 

Untuk membantu Muhammadiyah berkembang dan terus berkontribusi positif dalam  masyarakat, berikut beberapa saran untuk organisasi Muhammadiyah kedepannya: 

1. Kemajuan Teknologi: Manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk  meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi. Muhammadiyah dapat membangun  platform digital untuk menghubungkan semua cabang dan lembaga di seluruh Indonesia,  serta memudahkan penggalangan dana dan pelaporan. Saran untuk organisasi  Muhammadiyah dalam hal kemajuan dan teknologi adalah meningkatkan integrasi 

teknologi dalam berbagai aspek operasional dan pelayanan. Saat ini, teknologi memiliki  peran krusial dalam meningkatkan efisiensi, keterjangkauan, dan dampak dari berbagai  program dan layanan. Organisasi Muhammadiyah dapat mempertimbangkan langkah langkah berikut: 

Pertama, Muhammadiyah bisa meningkatkan kehadiran digitalnya dengan  memperbarui situs web dan platform online yang lebih interaktif. Ini akan  membantu dalam memberikan akses informasi yang lebih baik kepada anggota,  donatur, dan masyarakat umum, serta mempermudah proses pendaftaran dan  pengelolaan program. 

Kedua, organisasi dapat memanfaatkan media sosial dan alat-alat digital lainnya  untuk menggalang dukungan dan kesadaran terhadap berbagai inisiatif sosial dan  kemanusiaan. Dengan memanfaatkan kampanye online dan penggalangan dana  digital, Muhammadiyah dapat mencapai lebih banyak orang dan meningkatkan  partisipasi dalam berbagai program. 

Selanjutnya, Muhammadiyah bisa memperbarui infrastruktur teknologi internal,  termasuk sistem manajemen data, untuk memastikan informasi dan operasional  organisasi berjalan lebih efisien dan terkelola dengan baik. 

Terakhir, organisasi Muhammadiyah dapat mendukung pengembangan  keterampilan digital anggotanya melalui pelatihan dan workshop. Ini akan  membantu anggota dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas  dalam berbagai peran dan tanggung jawab mereka. 

Dengan mengadopsi teknologi secara lebih luas, Muhammadiyah dapat  memaksimalkan potensi mereka dalam memberikan kontribusi positif pada masyarakat  dan memberdayakan anggota mereka untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan  lebih baik di era digital ini. 

2. Kemajuan Sosial: Perkuat peran Muhammadiyah dalam mengatasi isu-isu sosial yang  dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Fokus pada program-program yang mengatasi  kemiskinan, ketimpangan, pendidikan rendah, dan akses kesehatan yang terbatas.  Muhammadiyah juga dapat memperluas kegiatan sosialnya ke wilayah-wilayah yang  masih terpinggirkan. 

3. Kemitraan dan Kolaborasi: Muhammadiyah dapat memperluas jaringan dan kemitraan  dengan organisasi-organisasi lain, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini dapat  membuka pintu untuk berbagi pengalaman, sumber daya, dan peluang kerjasama dalam  berbagai proyek dan program. 

4. Transparansi dan Akuntabilitas: Tingkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam  pengelolaan dana dan program-program Muhammadiyah. Memberikan laporan yang  terbuka kepada anggota dan masyarakat tentang penggunaan dana serta dampak yang telah  dicapai. Saran kunci untuk organisasi Muhammadiyah dalam konteks transparansi dan  akuntabilitas adalah meningkatkan praktik pengungkapan informasi dan memperkuat  mekanisme pengawasan internal. Pertama, organisasi perlu secara rutin dan jelas  menginformasikan kepada para anggota, donatur, dan masyarakat umum tentang  penggunaan dana dan capaian program. Hal ini dapat dilakukan melalui laporan tahunan,  laporan keuangan yang teraudit dengan baik, dan pembaruan rutin melalui media sosial  dan situs web. Kedua, Muhammadiyah dapat mengembangkan mekanisme pengawasan 

internal yang lebih kuat, seperti pembentukan komite audit independen atau tim  pemantauan. Mekanisme ini harus beroperasi secara independen dan memiliki kewenangan  untuk mengaudit keuangan dan program-program organisasi, serta memberikan  rekomendasi untuk perbaikan. Selain itu, penting untuk mendorong partisipasi anggota  dalam proses pengambilan keputusan dan mengadopsi praktik tata kelola yang terbuka dan  inklusif. Ini akan membantu menghindari konflik kepentingan dan memastikan keputusan 

keputusan organisasi diambil dengan transparan dan akuntabel. Terakhir, Muhammadiyah  harus secara aktif berkomunikasi dengan pihak eksternal, termasuk donor, pemerintah, dan  masyarakat umum, untuk memperkuat kerjasama dan membangun kepercayaan.  Komunikasi yang terbuka dan jujur akan membantu menciptakan reputasi organisasi yang  kuat dan mendorong dukungan yang berkelanjutan. 

Dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, Muhammadiyah akan dapat  mempertahankan tingkat kepercayaan yang tinggi dari semua pihak yang terlibat dalam  misi dan program-program mereka, serta menciptakan dasar yang lebih kokoh untuk  pertumbuhan dan kemajuan organisasi. 

5. Pengelolaan Lingkungan: Muhammadiyah dapat aktif dalam isu-isu lingkungan dan  keberlanjutan. Mendorong kesadaran akan perlunya menjaga alam dan sumber daya alam  sebagai tanggung jawab sebagai muslim. Untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan,  organisasi Muhammadiyah dapat mengambil langkah-langkah konkret yang sejalan  dengan ajaran Islam yang menghargai alam dan mendorong pelestariannya. Pertama,  Muhammadiyah dapat mempromosikan kesadaran lingkungan di antara anggota dan  komunitasnya melalui kampanye penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya menjaga  alam. Selanjutnya, organisasi dapat merancang program-program konservasi, seperti  penanaman pohon, pembersihan sungai, atau pengelolaan sampah yang bertanggung  jawab. Dalam pengelolaan aset-asetnya, Muhammadiyah dapat memprioritaskan praktik  yang ramah lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi di  sekolah, rumah sakit, dan fasilitas lainnya yang dimilikinya. Terakhir, kolaborasi dengan  pemerintah dan organisasi lingkungan non-pemerintah dapat membantu Muhammadiyah  dalam melaksanakan inisiatif lingkungan yang lebih besar dan efektif. Dengan  mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kepedulian terhadap alam ke dalam  aktivitas dan kebijakannya, Muhammadiyah dapat memberikan kontribusi yang berarti  dalam upaya menjaga lingkungan untuk generasi mendatang. 

Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan Muhammadiyah dapat terus menjadi  kekuatan positif dalam pengembangan sosial, pendidikan, dan budaya di Indonesia serta  berkontribusi pada masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan.

Kesimpulan 

Dengan demikian Muhammadiyah memiliki peran yang signifikan dalam memajukan umat  dan bangsa Indonesia. Melalui berbagai program dan kegiatan, terutama dalam bidang pendidikan,  kesehatan, ekonomi, dan sosial, Muhammadiyah telah memberikan kontribusi positif dalam  meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, Muhammadiyah juga berperan penting dalam  mempromosikan nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan perdamaian di tengah-tengah masyarakat  yang beragam agama dan budaya. Namun, paper ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan  yang dihadapi oleh Muhammadiyah, seperti masalah keuangan dan tantangan sosial-politik. Untuk  mengoptimalkan sumbangsihnya, Muhammadiyah perlu mengatasi tantangan-tantangan ini dan  terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah  memiliki potensi besar untuk terus berperan dalam pembangunan nasional dan menjadi kekuatan  positif dalam memajukan umat dan bangsa Indonesia, dengan syarat bahwa organisasi ini mampu  mengatasi hambatan-hambatan yang ada dan terus berkomitmen pada prinsip-prinsipnya yang  mengedepankan kesejahteraan umat dan perdamaian sosial. 

Referensi: 

Alifuddin, M. (2021). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan: Sejarah Eksistensi Perguruan Tinggi  Muhammadiyah di Sulawesi Tenggara. Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 14(1), 53- 74. 

Anis, A. (2019). Muhammadiyah Dalam Penyebaran Islam. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan  Bimbingan Rohani, 5(2), 65-80. 

Daulay, S., & Dalimunthe, R. A. (2021). Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia (Komparasi  Pengalaman Organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama). Fitrah: Journal of Islamic  Education, 2(2), 125-140. 

Falahuddin, F. (2020). Respons Muhammadiyah Menghadapi Covid-19. Maarif, 137-152. Makruf, A., & Farhan, F. S. (2021). Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sebelum dan Selama  Pandemi COVID-19 pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jurnal  Kesehatan Andalas, 10(1), 39-44. 

Mawardi, I., Hayati, N. N., Mudzakkir, M., & Sos, S. (2022). Internasionalisasi Muhammadiyah: Sejarah  dan Dinamika Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Luar Negeri 2002-2022. Samudra Biru Nurhayati, S., Idris, M., & Burga, M. A. Q. (2019). Muhammadiyah dalam perspektif sejarah, organisasi,  dan sistem nilai. 

Rohman, F. A., & Mulyati, M. (2019). Rintisan awal pendidikan muhammadiyah di sumatera barat tahun  1925-1939. Jurnal penelitian sejarah dan budaya, 5(1), 23-41. 

Sholikin, A. (2020). Dinamika Hubungan Muhammadiyah dan Partai Politik di Indonesia. Jurnal Polinter:  Kajian Politik dan Hubungan Internasional, 5(2), 1-19. 

Solviana, M. D. (2020). Pemanfaatan teknologi pendidikan di masa pandemi Covid-19: Penggunaan  gamifikasi daring di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Al Jahiz: Journal of  Biology Education Research, 1(1), 1-14. 

Syaifuddin, M. A., Anggraeni, H., Khotimah, P. C., & Mahfud, C. (2019). Sejarah sosial pendidikan Islam  modern di Muhammadiyah. Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 1-9. 

Tanthowi, P. U. (2019). Muhammadiyah Dan Politik: Landasan Ideologi Bagi Artikulasi  Konstruktif. Maarif Journal, 14(2), 93-113. 

Zebua, A. M. (2019). Muhammadiyah dan Al-Washliyah di Sumatera Utara; Sejarah, Ideologi, dan Amal  Usahanya. Islamika: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, 19(01), 58-69.


Posting Komentar

0 Komentar