Pandawa News TIME | Harga minyak dunia merosot pada perdagangan Senin (1/5/2023). Penurunan ini terjadi karena ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat dan data manufaktur China yang lebih lemah dari kenaikan sebelumnya.
Minyak mentah Brent turun USD 1,21 (1,5 persen) menjadi USD 79,12 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS kehilangan 96 sen (1,3 persen) menjadi USD 75,82, dilansir Reuters. "Prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut yang akan diumumkan oleh Fed minggu ini diperkirakan akan mendorong peningkatan volatilitas harga jangka pendek," ujar kepala strategi komoditas dan karbon National Australia Bank (NAB), Baden Moore dilansir Reuters, Senin (1/5/2023)
Bank Sentral AS Federal Reserves (The Fed) yang akan melakukan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 2-3 Mei mendatang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Ekspektasi tersebut menyebabkan dolar AS naik terhadap beberapa mata uang pada hari Senin, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara itu, Bank Sentral Australia, Reserve Bank of Australia diperkirakan akan memperpanjang jeda kenaikan suku bunga pada hari Selasa dan Bank Sentral Eropa dapat mengejutkan dengan kenaikan setengah poin pada hari Kamis.
Data ekonomi yang lemah dari China juga membebani harga minyak. Indeks manajer pembelian manufaktur (manufacturing purchasing managers’ index/PMI) China turun menjadi 49,2 dari 51,9 pada bulan Maret, tergelincir di bawah angka 50 poin yang memisahkan ekspansi dan kontraksi dalam aktivitas setiap bulan.
Beberapa dukungan datang dari pemotongan produksi sukarela sekitar 1,16 juta barel per hari oleh anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ yang berlaku mulai Mei.
"Kami percaya pasar minyak akan mengalami defisit selama sisa kuartal kedua setelah pemotongan OPEC+,” tutupnya. (al)
0 Komentar